Makalah 7 tokoh teori sosiologi klasik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Durkheim dianggap sebagai “bapak” sosiologi
modern, karena usaha-usahanya menjadikan sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu
yang baru. Ia percaya bahwa masyarakat dapat dipelajari secara ilmiah. Ia
menolak pendekatan individual dalam memahami fenomena dalam masyarakat dan
lebih memilih pendekatan secara sosial. Oleh karena itu ia juga berusaha
memperbaiki metoda berpikir sosiologis yang tidak hanya berdasarkan pada
pemikiran-pemikiran logika filosofi tetapi sosiologi. Menurut
Durkheim, masyarakat dibentuk oleh “fakta sosial” yang melampaui pemahaman
intuitif kita dan mesti diteliti melalui observasi dan pengukuran. Ide tersebut
adalah inti dari sosiologi yang menyebabkan Durkheim sering Dianggap sebagai “bapak”
sosiologi (Gouldner, 1958). Meskipun istilah “sosiologi” telah dilahirkan
Auguste Comte beberapa tahun sebelumnya, namun belum ada lapangan
sosiologi yang berdiri sendiri dalam universitas pada akhir abad ke-19. Belum
ada sekolah, departemen, apalagi professor dalam bidang sosiologi. Tantangan
yang signifikan dari sosiologi adalah filsafat dan psikologi, dua ranah ilmu
ini mengklaim melingkupi ranah yang ingin diduduki sosiologi. Cita-cita
Durkheim terhadap sosiologi sekaligus menjadi dilemanya adalah menjadikan sosiologi
menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri dan merupakan ranah yang bisa
diidentifikasi.
Untuk memisahkan sosiologi dari filsafat,
Durkheim berpendapat bahwa sosiologi mesti berorientasi kepada penelitian
empiris. Ia merasa terancam oleh aliran filsafat yang terdapat dalam sosiologi
itu sendiri. Dalam pandanganya, tokoh utama lainya seperti Auguste
Comte dan Herbert Spencer, keduanya lebih memiliki perhatian pada filsafat,
dalam teori abstrak, kemudian mereka mempelajari dunia sosial secara empiris.
Jika ranah ini diteruskan berdasarkan arah yang disusun oleh Comte dan Spencer,
Durkheim khawatir, ranah ilmu ini tidak akan lebih dari sekadar sebuah cabang
filsafat. Artinya, Durkheim merasa perlu mengkritik Comte dan Spencer karena
mereka terlalu berpegang pad aide yang ada tentang fenomena sosial, dan bukanya
pada studi atas dunia riil secara aktual. Ia menganggap Comte masih keliru
karena telah mengandaikan secara teoritis bahwa dunia sosial selalu bergerak
menuju kondisi masyarakat yang kian lama kian sempurna bukannya melakukan kerja
ilmiah yang sungguh-sungguh, ketat, dan mendasar dalam mengkaji perubahan
hakikat berbagai masyarakat. Spencer pun juga begitu, dia dianggap mengandaikan
begitu saja adanya harmoni dalam masyarkat, dan bukanya mengkaji apakah harmoni
itu benar-benar ada atau tidak.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana biografi dan latar belakang yang mempengaruhi teori-teori sosiologi klasik ?
2.
Apa saja teori yang
dikemukakan oleh tokoh sosiologi klasik ?
2.
Bagaimana kritik-kritik dan
kelemahan tokoh teori sosiologi klasik ?
2.3. Tujuan Penulisan
3.
Mengetahui biografi dan latar belakang yang mempengaruhi teori-teori sosiologi klasik
4.
Mengetahui dan memahammi
teori-teori yang dikemukaan oleh tokoh sosiologi klasik
5.
Mengetahui kritik dan
kelemahan tokoh teori sosiologi klasik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. AUGUSTE COMTE
Memiliki nama panjang Isidore Marie Auguste François
Xavier Comte. Comte lahir pada tanggal 19 Januari 1789 di kota Monpellier di
Perancis Selatan, dari orang tua yang menjadi pegawai kerajaan dan penganut
agama Katolik yang saleh. Auguste Comte mengharapkan bahwa segala sesuatu harus
dibuktikan secara ilmiah atau empiris.
Perjalanan Hidup dan Karya Comte serta Pandangannya
tentang Ilmu Pengetahuan. Auguste Comte adalah seseorang yang untuk pertama
kali memunculkan istilah “sosiologi” untuk memberi nama pada satu kajian yang
memfokuskan diri pada kehidupan sosial atau kemasyarakatan. Saat ini sosiologi
menjadi suatu ilmu yang diakui untuk memahami masyarakat dan telah berkembang
pesat sejalan dengan ilmu-ilmu lainnya. Dalam hal itu, Auguste Comte diakui
sebagai “Bapak” dari sosiologi.
Auguste Comte pada dasarnya bukanlah orang akademisi
yang hidup di dalam kampus. Perjalanannya di dalam menimba ilmu
tersendat-sendat dan putus di tengah jalan. Berkat perkenalannya dengan
Saint-Simon, sebagai sekretarisnya, pengetahuan Comte semakin terbuka, bahkan
mampu mengkritisi pandangan-pandangan dari Saint-Simon. Pada dasarnya Auguste
Comte adalah orang pintar, kritis, dan mampu hidup sederhana tetapi kehidupan
sosial ekonominya dianggap kurang berhasil. Comte menganut agama Humanitas, dia
terpengaruh oleh Laurence.
Ø Sosial Statics Dan Sosial Dynamics
1.
Menurut Comte social static adalah
suatu studi tentang hukum-hukum aksi dan reaksi antara bagian-bagian dari suatu
sistem sosial. Social Static merupakan bagian yang paling elementer dari ilmu
sosiologi, namun bukan merupakan bagian yang paling penting dari studi mengenai
sosiologi karena merupakan hasil dari suatu pertumbuhan. Inilah yang kemudian
oleh Comte di definisikan sebagai teori mengenai perkembangan dan kemajuan
masyarakat manusia.
2.
Atas dasar tingkat perkembangan
intelegensi manusia yang lebih tinggi dari binatang munculah dalam sosial
dynamics maka adanya perkembangan masyarakat melalui 3 tahap, yaitu:
a.
Tahap
Theologies : segala sesuatu dikaitkan dengan yang
supernatural. Ada tiga tahap yakni :
b.
Fetheism : segala hal
yang terjadi bersumber dari supernatural dan semua benda mempunyai kekuatan
jiwa.
c.
Polytheism :
percaya akan banyaknya dewa dan dipengaruhi oleh animeisme dan dinamisme.
d.
Monotheism :
gejala-gegala alam berpusat pada kekuatan tunggal yakni Yuhan Yanga Maha Esa.
e.
Tahap
Metaphisik : perantaa dari teologis ke positive.
f.
Tahap
Positvistis/Rasional/Ilmiah : segala sesuatu dibuktikan
dengan data empiris. Seorang ilmuan tidak boleh dipengaruhi emosionalnya.
2.2. EMILE
DURKHEIM
Lahir di
Epinal di propinsi Lorraine di Perancis Timur pada 15 April 1858. Collective
Consiusness merupakan dasar dari setiap teori-teori Emile Durkeim. Durkheim
wafat tanggal 15 November 1917. The Diivision of Labor in Society (1893); The
Rules of Sociological Method (1895); Suicede (1897); The Elementari Form of
Religious Life (1912)
Teori yang dikemikakan oleh Emile Durkheim:
1.
Fakta
Sosial (The Rule Of Sociological Method)
Yaitu seluruh cara bertindak yang
umum dipakai suatu masyarakat dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas
dari manifestasi-manifestasi individu.
2.
Teori
Bunuh Diri (Suicide)
Durkheim memusatkan perhatiannya
kepada 3 macam kesatuan sosial yang pokok di dalam masyarakat, yaitu:
·
Bunuh diri di dalam kesatuan agama:
rasa ingin menjadi pahlawan.
·
Bunuh diri di dalam kesatuan
keluarga: rasa kolektivitas besar.
·
Bunuh diri dalam kesatuan politik.
Jenis bunuh diri:
a.
Bunuh diri egoistis (egoistic
suicide)
Yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh
seseorang yang tidak dapat menolak role expectation (peranan yang diharapkan
dari dirinya oleh masyarakat).
b.
Bunuh diri altruistik (altruistic
suicide)
Yaitu seseorang melakukan bunuh diri
karena merasa dirinya menjadi beban masyarakat, dan merasa kepentingan
masyarakat lebih tinggi dibandingkan kepentingannya.
c.
Bunuh diri anomik (anomic suicide)
Yaitu bunuh diri yang dilakukan
akibat tidak adanya aturan yang mengatur pola sikapnya.
d.
Bunuh diri fatalistik (fatalistic
suicide)
Bunuh diri yang disebabkan oleh
keadaan putus asa ataupun pasrah pada keadaan disekitarnya. Jika integrasi
lemah, bunuh diri naik. Namun, jika integrasi kuat, bunuh diri rendah.
3.
Teori
Solidaritas (The Division of Labour in Society)
a.
Solidaritas mekanis (tidak terspesialisasi),
ada pada masyarakat tradisional.
b.
Solidaritas organis (mulai
terspesialisasi), ada pada masyarakat modern.
Konsekuensi dari mekanis ke organis
yaitu individualisme mulai muncul.
4.
Teori Tentang
Agama (The Elementary Froms of Religious Life)
Asal mula agama adalah dari
masyarakat itu sendiri. Setiap masyarakat selalu membedakan mengenai hal-hal
yang dianggap duniawiyah. Terhadap hal-hal yang dianggap suci manusia selalu
membeda-bedakan dengan yang tidak dianggap suci. Agama merupakan perwujudan
dari Collective Consciousness sekalipun selalu ada perwujudan-perwujudan yang
lain. Dua hal pokok dalam agama menurut beliau yakni apa yang disebut
kepercayaan dan apa yang disebut ritus atau upacara-upacara. Kepercayaan adalah
merupakan bentuk dari pikiran dan upacara-upacara atau ritus merupakan
tindakan.
2.3. KARL MARX
Dilahirkan
pada tanggal 5 Mei 1818 di kota Trier di tepi sungai Rhine, beliau seorang
keturunan orang borjuis. Namun, Marx dikenal sebagai penentang kaum borjuis.
Buku Karl Marx yang tentang pertentangan kelas. Kelas menurutàterkenal
yaitu Das Kapital Marx adalah motor dari segala perubahan
serta kemajuan. Hubungan sosial menurut Marx didasarkan posisi masing-masing
terhadap sarana produksi.
Teori-teori
Karl Mar
1.
Teori
Dialektika
Suatu pandangan mengenai
pertentangan antara tesisi dan anti tesisi titik temunya akan membentuk
tesis baru yang bertentangan begitu seterusnya atau pertentangan antara dus
kelas yakni kelas yang memiliki dan menguasai alat produksi dan kelas yang
tidak memiliki dan menguasai alat produksi, hal ini akan berjalan terus kalau
belum terbentuk masyarakat utopia (masyarakat sosialis atau komunis).
2.
Dinamika
Perubahan Sosial
perubahan masyarakat melalui
revolusioner dimulai dari:
a.
Tradisional/property: hunting and
fishing
b.
Feodal : tanah sudah mengenal
sewa
c.
Kapitalis : kapital majikan yang
menguasai alat-alat produksi dengan buruh di lain pihak.
d.
Sosialis : yang mempunyai hak
milik adalah negara (state). Suatu masa transisi menuju komunis. Pada tahap ini
masih ada negara yang mengatur, maka muncul birokrasi rakyat atau dictator
ploretariat setelah negara dilebur, maka munculah komunis.
e.
Komunis : cita-cita tidak mempunyai
kuasa dan yang dikuasai. Masyarakat komunis melihat ini sebagai suatu ideology
yang harus dilaksanakan. Komunis yang melahirkan masyarakat: tanpa kelas, tanpa
milik, tanpa kekuasaan dan tanpa perbedaan
3.
Teori
Kelas
Yaitu sekelompok orang-orang yang
memiliki fungsi dan tujuan yang sama dalam organisasi produksi. Ada tiga kelas
masyarakat menurut Marx yaitu:
a.
Kelas pemilik tanah
b.
Kelas pemilik modal
c.
Kelas pekerja
4.
Teori
Alienasi
Bahwa kelangsungan hidup manusia
serta pemenuhan kebutuhannya tergantung pada kegiatan produktif, dimana orang
terlibat dalam mengubah lingkungan fisiknya tetapi sebagai konsekwensinya bahwa
manusia harus menyesuaikan diri dengan produksinya itu yang membatasinya
sebagai manusia walaupun manusialah yang menciptakan.
Empat unsur dasar alienasi:
a.
Pekerja di dalam masyarakat
kapitalis teralienasi dari aktivitas produksi mereka.
b.
Pekerja tidak hanya teralienasi dari
aktivitas produksi tetapi juga dari tujuan aktivitas tersebut/ produk.
c.
Pekerja dalam kapitalisme
teralienasi dari sesama pekerja.
d.
Pekerja dalam masyarakat kapitalis
teralienasi dari potensi kemanusian mereka sendiri.
2.4. MAX WEBER
Weber adalah
seorang sosiolog yang ahli kebudayaan, ahli politik, hukum, bahkan ekonomi.
Weber merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara, lahir pada tanggal 21 April
1864 di Erfurt Jerman. Ia meninggal dunia pada 14 Juni 1920 ketika mengerjakan
karya terpentingnya yakni Economy and Society. Dari sekian banyak karyanya yang
termasyur antara lain: Wirtschaft und Gessellschaft; Gesammelte Aufsatze zur
Wissenschaftlehre. Karyanya yang paling fenomenal yakni Protestant Ethic and
the Spirit of Capitalism.
Teori yang dikemukakan oleh Weber adalah kelas dan
status, kekuasaan, dan rasionalitas.
1.
Tindakan
Sosial
Beliau menganggap sosiologi adalah
suatu ilmu yang berusaha memahami tindakan-tindakan sosial dengan
menguraikannya dengan menerangkan sebab-sebab tindakan tersebut. Weber
memisahkan empat tindakan sosial di dalam sosiologinya, yaitu apa yang
disebutnya dengan:
a.
Rasional instrumental (zweck
rational) yakni tindakan sosial yang menyandarkan diri pada
pertimbangan-pertimbangan manusia yang rasional ketika menanggapi lingkungan
eksternalnya.
b.
Rasional berorientasi nilai (wert
rational) yakni suatu tindakan sosial yang menyandarkan diri pada suatu
nilai-nilai absolut tertentu.
c.
Afektif/ affectual: yaitu suatu
tindakan sosial yang timbul karena doronan atau motivasi yang sifatnya
emosional.
d.
Tradisional yaitu tindakan yang
didorong dan berorientasi kepada tradisi masa lampau.
2.
Teori
Kekuasaan dan Wewenang
Kekuasaan menurut weber adalah
kemampuan untuk memaksakan kehendak meskipun sebenarnya mendapat tentangan atau
tantangan dari orang lain.
Tiga jenis legitimasi atau wewenang
menurut Weber:
a.
Wewenang tradisional
Berlandas pada kepercayaan yang
mapan terhadap kekudusan, tradisi zaman, serta legitimasi status berdasarkan
otoritas.
b.
Wewenang kharismatik
Mutu luar biasa yang dimiliki
seseorang dan tidak dimiliki oleh orang lain.
c.
Wewenang rasional – legal
Berdasar pada komitmen terhadap
seperangkat aturan yang diundangkan secara resmi dan diatur secara impersonal
(resmi dan umum).
3.
Etika
Protestan dan Spirit Kapitalisme
Dimana weber meneliti berbagai agama
yang ada di dunia dan menemukan sebuah kesamaan dimana keluarga atau negara
yang mayoritas memeluk agama Protestan memiliki konsep hidup hemat dan
cenderung menjadi lebih kaya dari pada negara yang mayoritas memiliki agama
lain. Di awal periode kapitalisme, agen terpenting adalah orang
protestan. Dan ini diteliti oleh Max Weber khususnya dalam penggerak
kapitalisme, yang salah satunya adalah keyakinan agama mereka yang mengahsilkan
motivasi aktivitas pro kapitalis yang berorientasi pada kehidupan duniawi.
2.5. GEORG SIMMEL
Lahir tahun
1858 di pusat kota Berlin, ayahnya seorang pedagang Yahudi kaya. Simmel
menerima gelar doctor dari Universitas Berlin tahun 1881 dan mulai mengajar di
sana tahun 1885. Selama lima belas tahun dia tetap sebagai dosen-privat
(privatdozent, yakni dosen yang tidak dibayar yang gajinya berdasarkan
pembayaran mahasiswa). Kemudian dia menerima gelar “Profesor Luar Biasa”,
tetapi hanya merupakan kehormatan belaka tanpa kompensasi uang. Simmel akhirnya
meninggalkan Universitas Berlin tahun 1914, untuk menerima posisi sebagai
profesor penuh pada Universitas Strasbourg, namun malang kehidupan akademisnya
segera terhenti karena pecah perang.
Karya atau pemikiran-pemikiran Simmel terpengaruh dari beberapa tokoh. Dalam karyanya On Social Differentiation, Simmel terpengaruh dari model evolusi Spencer. Pembedaan Simmel antara bentuk dan isi terpengaruh pada Filsafat Kant, yaitu seorang ahli filsafat dari Jerman. Pemikiran dialektis yang dikemukakan Simmel merupakan pengaruh analisa dialektik dari Hegel.
Karya atau pemikiran-pemikiran Simmel terpengaruh dari beberapa tokoh. Dalam karyanya On Social Differentiation, Simmel terpengaruh dari model evolusi Spencer. Pembedaan Simmel antara bentuk dan isi terpengaruh pada Filsafat Kant, yaitu seorang ahli filsafat dari Jerman. Pemikiran dialektis yang dikemukakan Simmel merupakan pengaruh analisa dialektik dari Hegel.
Teori-teori Simmel yaitu:
1.
Pemikiran
Dialektis.
Yaitu suatu pemikiran dimana
individu memiliki hubungan yang bersifat dualistis. Disatu pihak dia merupakan
anggota masyarakat dan disosialisasikan di dalam masyarakat tersebut, tetapi
pada waktu yang sama dia juga menentang masyarakat itu sendiri. Pemikiran
Dialektik merupakan salah satu teori Simmel yang paling terkenal.
2.
Interaksi
Sosial.
Simmel mencoba membedakan bentuk dan
isi dari interaksi. Bentuk yang dibedakan dari isinya disebut Sosiabilita.
Selain sosiabilita, Simmel juga membedakan tentang Superordinasi dan
Subordinasi.
Tiga wilayah masalah dalam sosiologi
menurut Simmel yaitu:
a.
Sosiologi murni, tentang
variabel-variabel sosialisasi dan interaksi.
b.
Sosiologi umum yang membahas produk
sosial dan cultural.
c.
Sosiologi filosofis.
2.6. HERBERT
SPENCER
Dilahirkan
di kota Derby Inggris pada 27 April 1820 dan meninggal pada tahun 1930. Spencer
membagi masyarakat menjadi dua tipe yaitu masyarakat industri dan masyarakat
militer. Herbert terpengaruh oleh teori Darwinisme hingga munculah teori
Darwinisme Sosial atas perkenalan Spencer dengan istilah Survival of the
Fittest.
1.
Teori
Darwinisme Sosial (perkembangan masyarakat) :
a.
Struggule of life
b.
Survival of the vitaes; bagaimana
masyarakat dapat bertahan dari tantangan dan situasi.
c.
Natural selection; adanya seleksi
alam
d.
Progress
Dalam perkembangannya dalam
masyarakat terjadilah empat tahap dalam proses penggabungan teori:
a.
Penggandaan (penambahan)
b.
Kompleksifikasi
c.
Pembagian/ diferensiasi
d.
Pengintegrasian
2.
Kebenaran
Universal
a.
Adanya materi yang dapat rusak
b.
Adanya kesinambungan gerak
c.
Adanya tenaga dan kekuatan yang
terus menerus.
2.7. FERDINAND
TONNIES
Ferdinand
Tonnies lahir pada tahun 1855 dan wafat pada tahun 1936. Ia merupakan salah
seorang sosiolog Jerman yang turut membangun institusi terbesar yang sangat
berperan dalam sosiologi Jerman. Ferdinand Tonnies memiliki berbagai karya
diantaranya Gemeinschaft dan Gesellschaft (yang dipublikasikan pertamakali pada
tahun 1887)
1.
Teori
Masyarakat
a.
Zweckwille, yaitu kemauan rasional
yang hendak mencapai suatu tujuan. Zweckwille, apabila orang hendak mencapai
suatu tujuan tertentu dan mengambil tujuan rasional kearah itu. Lebih menonjol
di kalangan pedagang, ilmuwan dan pejabat-pejabat umumnya orang tua yang
bersikap lebih rasional dan berkepala dingin daripada orang muda.
b.
Kurwille, yaitu dorongan batin
berupa perasaan. Triebwille bersumber pada selera perasaan, kecenderungan
psikis, kebutuhan biotis, tradisi atau keyakinan orang. paling menonjol
dikalangan petani, orang seniman, rakyat sederhana, khususnya wanita dan
generasi muda.
2.
Gemeinschaft
dan Gesselchaft
a. Teori
Gemeinschaft (paguyuban)
Merupakan
bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin
yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal.
b. Teori
Gesselschaft (patembayan)
Merupakan
ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat
sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya
bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin.
3. Teori evolusi tanpa kemajuan
Evolusi
terjadi secara berlawanan dengan kebutuhan manusia, lebih menuju kearah
memperburuk ketimbang meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
4. Teori nilai
Menurut
Tonnies, “Kehidupan bersama berasal dari kemauan manusia.” tentang bagaimana
etika yang ada dalam masyarakat dan bagaimana estetika yang di hargai
DAFTAR
PUSTAKA
Hotman M.siahaan, Pengantar Ke Arah
Sejarah Teori Sosiologi, Jakarta : Erlangga,
1986
Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, Jakarta
: Prestasi Pustaka, 2007
Sunarto, Kamanto, Sosiologi Perubahan
Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan Poskolonial. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada, 2012
Komentar
Posting Komentar